Di manakah Yesus di usia 12-30 tahun?
Kitab Injil memang tidak menuliskan secara rinci tentang
kehidupan Yesus di usia 12 sampai 30 tahun. Kitab Injil hanya menuliskan
kelahiran-Nya, dan saat Ia berumur 12 tahun, dan kemudian dikisahkan
kembali setelah Dia telah berumur 30 tahun dan mengajar. Tidak
dikisahkan antaranya, hanya disebutkan bahwa Yesus bertambah besar,
bertumbuh dalam hikmat, dan dikasihi oleh Tuhan dan manusia (Luk 2:52).
Di manakah Yesus di usia antara 12- 30 tahun ini? Walau tidak
dituliskan secara eksplisit dalam Kitab Suci, kita dapat menyimpulkan
bahwa Ia hidup di Nazaret sebagai anak tukang kayu; Ia ‘magang’ membantu
ayah angkat-Nya Yusuf, dan setelah Yusuf meninggal, Ia sendiri
menggantikannya menjadi tukang kayu. Itulah sebabnya pada saat Ia
berkhotbah di Nazaret orang- orang mengenali-Nya sebagai ‘anak tukang
kayu’ (Mat 13:55).
Katekismus menuliskan tentang misteri kehidupan Yesus yang ‘tersembunyi’ (usia 12-30 tahun) ini sebagai berikut:
KGK 531 Selama sebagian besar kehidupan-Nya Yesus mengambil bagian dalam nasib kebanyakan manusia: kehidupan biasa tanpa kebesaran lahiriah, kehidupan seorang pengrajin, kehidupan religius Yahudi yang takluk kepada hukum Allah (Bdk. Gal 4:4), kehidupan dalam persekutuan desa. Dari seluruh periode ini, hanya inilah yang diwahyukan kepada kita bahwa Yesus “taat” kepada orang-tua-Nya dan bertambah “hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia”. (Luk 2:51-52).
KGK 532 Dalam kepatuhan kepada bunda-Nya dan bapa piara-Nya Yesus memenuhi perintah keempat dengan amat sempurna. Itulah gambaran duniawi mengenai kepatuhan-Nya sebagai Anak terhadap Bapa surgawi-Nya. Kepatuhan Yesus sehari-hari terhadap Yosef dan Maria menyatakan dan mengantisipasi kepatuhan-Nya pada hari Kamis Putih: “Bukan kehendak-Ku…” (Luk 22:42). Dengan kepatuhan Kristus dalam keseharian kehidupan yang tersembunyi itu, mulailah sudah pemulihan kembali apa yang telah dihancurkan oleh ketidakpatuhan Adam (Bdk. Rm 5:19).
KGK 533 Kehidupan yang tersembunyi di Nasaret memungkinkan setiap orang, supaya berada bersama Yesus dalam kegiatan sehari-hari:
“Rumah di Nasaret adalah sebuah sekolah, di mana orang mulai mengerti kehidupan Kristus. Itulah sekolah Injil… Pertama-tama Ia mengajarkan keheningan. Semoga hiduplah di dalam kita penghargaan yang besar terhadap keheningan… sikap roh yang mengagumkan dan yang perlu ini… Di sini kita belajar, betapa pentingnya kehidupan di rumah. Nasaret memperingatkan kita akan apa sebenarnya keluarga, akan kebersamaannya dalam cinta, akan martabatnya, akan keindahannya yang gemilang, akan kekudusannya, dan haknya yang tidak dapat diganggu gugat… Akhirnya kita belajar di sini aturan bekerja dengan penuh ketertiban. O mimbar Nasaret, rumah putera pengrajin. Di sini ingin saya kenal dan rayakan hukum pekerjaan manusiawi yang keras, tetapi membebaskan… Akhirnya saya ingin menyampaikan berkat kepada para pekerja di seluruh dunia dan menunjukkan kepada mereka contoh luhur saudara ilahinya” (Paus Paulus VI, pidato 5 Januari 1964 di Nasaret).
Kitab Injil dituliskan pertama- tama untuk mengajarkan tentang
perbuatan dan perkataan Yesus yang berhubungan dengan rencana
keselamatan Allah, sehingga memang bukan merupakan kisah riwayat hidup/
biografi Yesus yang mengisahkan hidup Yesus dengan sedetail- detailnya.
Hal Yesus ‘berguru’ di Tibet ataupun India, merupakan spekulasi beberapa
penulis modern, namun kita umat Kristiani tidak mengimaninya. Tulisan-
tulisan itu baru dibuat sekitar abad ke-19, sehingga tidak dapat
dibuktikan keotentikannya. Kita umat Kristiani mengimani apa yang
tertulis di Kitab Suci tentang Kristus, bahwa Ia dikandung secara ajaib
dari Roh Kudus, dilahirkan oleh Perawan Maria. Kemudian Kristus mengajar
para murid-Nya dan orang banyak, serta melakukan banyak mujizat dengan
penuh kuasa. Semua ini akhirnya mencapai puncaknya, melalui sengsara,
wafat dan kebangkitan Kristus, Sang Allah Putera. Hal ini jelas
dituliskan dalam Kitab Injil, yang sudah dapat dibuktikan
otentisitasnya, melalui tulisan para Bapa Gereja yang hidup pada saat
Injil tersebut dituliskan dan diturunkan.
Penerbit ulang menambahkan:
Selama sebagian besar kehidupan-Nya Yesus mengambil bagian dalam nasib kebanyakan manusia: kehidupan biasa tanpa kebesaran lahiriah, kehidupan seorang pengrajin, kehidupan religius Yahudi yang takluk kepada hukum Allah (Bdk.
Gal 4:4). Hal ini sudah menjelaskan bagaimana Yesus atau bagi agama Islam adalah nabi Isa di umur 12 hingga 30 tahun hanyalah sebagai manusia biasa yang menjadi pengrajin kayu tanpa sebuah keistimewaan yang menonjol,patuh pada orang tua dan tetap hidup tanpa dosa. Seperti yang sudah di katakan dalam injil Luk 2:51-52 bahwa
Yesus “taat” kepada
orang-tua-Nya dan bertambah “hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin
dikasihi oleh Allah dan manusia”. Bagaimanapun kisah Yesus di umur 12 hingga 30thn bukanlah kisah-kisah yang penting untuk di rumuskan di dalam kitab Injil, oleh sebab itu kisah Yesus di umur itu tak tercantum di dalam kitab Injil dan telah dikatakan di atas bahwa Kitab Injil dituliskan pertama- tama untuk mengajarkan tentang
perbuatan dan perkataan Yesus yang berhubungan dengan rencana
keselamatan Allah, sehingga memang bukan merupakan kisah riwayat hidup/
biografi Yesus.
Semoga hal ini bisa memberikan pengertian kepada pembaca yang masih penasaran dengan kisah Yesus di umur 12 hingga 30thn. Kisah Yesus yang tanpa keistimewaan dan hanya hidup layaknya manusia biasa sebagai pengrajin kayu (Saya harap anda bisa memikirkan sendiri seperti bagaimana anda hidup dengan bekerja sehari-harinya namun tak pernah berbuat salah kepada orang lain dan sangat menghormati orang tua yang membesarkan anda maka begitulah kehidupan Yesus di usia itu).
Menghina agama orang lain sama dengan engkau menghina mereka yang beragama lain itu dan sepatutnya orang sepertimu kesukaannya adalah menghina terhadap sesamamu tanpa mau mengerti dan ingin di mengerti sendiri (c.k.h@s.dN)
*Salam Damai*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar