Pada dasarnya manusia
adalah makhluk yang paling mulia di mata Allah, manusia di ciptakan dengan
kemampuan yang melebihi makhluk-makhluk lainnya.Pola pikir, Imajinasi, Perasaan
hingga pada Insting semua itu di miliki oleh manusia namun semua yang kita
miliki ini belum tentu sama dalam pembentukannya atau penggunaannya pada setiap
individunya, tergantung dari cara bagaimana kita mempelajarinya.
Seperti untuk kasus yang akan kita bicarakan di sini yaitu
“Menahan Pikiran dan Nafsu” kita. Dalam hal ini sangat menyangkut perihal dari
pemahaman dan perasaan kita. Untuk lebih jelasnya,marilah kita menyimak contoh
dibawah ini:
- Contoh pertama, Disaat
orang sedang memarahi kita akibat perbuatan kita yang keliru atau fatal, kita
sering membuat suatu keputusan yang salah dengan begitu cepatnya, tanpa pikir
panjang kita pun mendampratnya seketika hanya gara-gara kita tidak bisa
menerima teguran yang keras seperti itu? Apa yang menyebabkan kita mengambil
keputusan seperti itu? Tidak lain adalah karena faktor perasaan yang tidak di
sertai dengan pemahaman kita pada masalah yang sesungguhnya. Kita tidak
melakukan introspeksi yang tepat pada diri kita, pola pikir yang terlalu sempit
dan hanya menggunakan perasaan sakit hati dan yang lainnya adalah harga diri
kita sendiri yang terlalu mendominasi tubuh kita sehingga berujung pada
kesalahan tindakan dan perilaku yang tidak sepantasnya. Orang-orang yang
seperti ini pun dapat kita golongkan kedalam type orang pemarah atau emosian.
Kebanyakan dari type seperti ini lebih sering menggunakan perasaan dari pada
pemahamannya yaitu setelah melakukan baru kemudian di sadari.
- Contoh kedua, Dua sejoli
pria dan wanita yang belum menikah sedang memadu cinta di sebuah gubuk kecil
tak berpenghuni berada jauh dari keramaian, sang pria meminta kepada
pasangannya untuk mengambil kesempatan berhubungan layaknya seperti pasangan
suami istri, kebetulan tempat dan kondisinya sangat memungkinkan untuk
terhindar dari segala gangguan yang ada, si wanita sempat menolak karena alasan
mereka belum di restui untuk melakukan hal ini, namun si pria tidak putus asa,
dia mencoba berbagai cara merayu pasangannya agar harapannya yang menggebu-gebu
sejak tadi dapat segera di wujudkan oleh pasangannya, segala wejangan pamungkas
si pria dikeluarkannya semua, si wanita mulai berpikir kalau apa yang menjadi
alasan pasangan tercintanya itu masuk akal juga dan akhirnya si wanita pun
pasrah setelah sekian lama memperjuangkan benteng pertahanannya agar jangan
sampai jebol. Namun di saat mereka sedang asyik-asyiknya bertempur saling
bertanding hasrat tiba-tiba pintu di dobrak oleh sekelompok orang-orang yang
memakai topi dengan berhiaskan pangkat pada bajunya dan sebuah senjata api di
pinggang mereka tergantung bersama borgol dan berakhirlah sudah perjalanan
hasrat mereka yang tidak kesampaian itu, kemudian ke dua pasangan itupun di
bawa kedalam mobil tahanan guna menjalani pemeriksaan. Untuk contoh yang satu
ini lebih mendominasi pola pikir kita dari pada menggunakan perasaan, bila
alasan-alasan itu tepat dan bisa kita terima maka semuanya bisa kita setujui
yang berarti dapat di laksanakan! Maka sebaiknya bila menilai seseorang jangan
hanya menggunakan otak saja tetapi gunakanlah juga perasaan anda untuk melihat dan
merasakan apakah orang ini bertujuan baik ataukah salah? Dan lebih baik lagi
bila perasaan kita itu lebih bisa di “TAHAN!!” walaupun otak kita sudah bisa
menerima alasan-alasan itu.
Pemikiran atau pola
pikir manusia bisa menjurus kepada hal-hal yang salah dan bisa juga menjurus ke
hal-hal yang baik, kalau otak kita pintar dalam segala hal maka janganlah
segala hal itu ada melibatkan sesuatu yang salah, karena orang pintar bukan
hanya pintar dalam hal baik namun dapat juga pintar dalam hal kejahatan. Kalau
anda pintar dalam hal berpidato maka janganlah mengeluarkan pidato yang
menyesatkan tetapi berpidatolah menurut kenyataan yang sebenarnya. Begitu pula
dengan perasaan kita, perasaan dapat berupa kasihan, cinta atau nafsu (dlm hal
ini nafsu badanih), maka ada baiknya bila perasaan dalam diri kita lebih
terfokus pada kasih dan cinta daripada nafsu badanih. Kembali lagi kepada kata
“TAHAN”, baik pikiran maupun perasaan ada beberapa yang mesti kita lakukan
untuk hal ini, Untuk Pikiran atau Pola
Pikir bila sedapat mungkin kita
tidak memikirkan hal-hal yang jelek atau yang buruk, berpikir untuk memfitnah
seseorang, berpikir untuk menjatuhkan lawan kita dan berpikir bagaimana
mengambil hak-hak orang lain. Sedangkan Perasaan
agar tidak terhanyut kedalam emosi jiwa, nafsu bejat, menghina lawan kita,
meyakinkan yang salah kepada orang lain dan harga diri yang terlalu tinggi.
Anda pernah terlibat dengan “Puasa”?? Didalam berpuasa pun manusia dituntut untuk menahan emosi dan nafsu kita. Mengapa demikian? Karena semua itu bisa sewaktu-waktu membuat kesalahan dalam berpuasa kita, missal kita tidak dapat menahan rasa rindu pada seseorang (kekasih kita) yang mengakibatkan kita akhirnya gagal dalam menjalani berpuasa, kemudian kita berpikir yang tidak-tidak yaitu sesuatu yang membuat kita menggagalkan puasa kita seperti berpikir jorok, berpikir kearah maksiat-maksiat, membanyangi wanita telajang, membayangi kejantanan si pria,dll.
Manusia juga termasuk makhluk yang lemah, makhluk yang
mudah terombang ambing tergantung dimana posisi dia berada, apakah di ujung
kapal, pinggir kapal ataukah di tengah-tengah kapal laut itu? Maka oleh sebab
ini manusia sudah sepantasnya harus selalu bisa menekan dirinya dari hal-hal
yang tidak pantas untuk masa hidupnya. Mempelajari tatanan kehidupan yang lebih
baik, sifat dan moralitas kita harus bisa lebih di latih agar lebih kuat
menahan dan tidak mudah tergoyahkan dari pengaruh-pengaruh apapun juga. Banyak
cara untuk bisa mempelajari semuanya ini, salah satu contoh adalah menyadari
terlebih dahulu siapakah dirimu dan siapakah diriku?
Kesimpulannya, Allah telah memberikan kepada kita semua tentang hal ini dan Allah juga tahu sampai sebatas mana kemampuan kita dalam menghadapi segala tantangan yang ada di depan kita, kita telah di beri kemampuan untuk itu namun sering kita tidak menyadarinya, batas kemampuan yang berarti maksimun dari ketabahan kita, jadi apabila kita tidak menggunakan kemampuan kita sampai batas maximum yang telah di berikan oleh Allah kepada kita berarti itu sama saja dengan tindakan kita yang tidak mau pernah bersabar dan bahkan lebih mendekati pada hal egoisme kita. Kemampuan kita sudah ada jadi tinggal bagaimana kita menggunakan kemampuan kita itu untuk lebih mencapai maksimumnya, semakin tabah maka semakin kuatlah mentalmu dan engkau akan bisa menghadapi keadaan yang sulit bagaimanapun besarnya. Selalu lah bersyukur atas segala apa yang telah engkau terima atau dapatkan di dunia ini, maka cintamu atas segala kerjamu dan milikmu akan berbuah manis.
Salam damai
Penerbit & Penulis
C.K.H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar