Jumat, 15 Agustus 2014

MENAHAN PIKIRAN DAN NAFSU SAMPAI PADA BATAS KEMAMPUAN



Pada dasarnya manusia adalah makhluk yang paling mulia di mata Allah, manusia di ciptakan dengan kemampuan yang melebihi makhluk-makhluk lainnya.Pola pikir, Imajinasi, Perasaan hingga pada Insting semua itu di miliki oleh manusia namun semua yang kita miliki ini belum tentu sama dalam pembentukannya atau penggunaannya pada setiap individunya, tergantung dari cara bagaimana kita mempelajarinya.

Seperti untuk kasus yang akan kita bicarakan di sini yaitu “Menahan Pikiran dan Nafsu” kita. Dalam hal ini sangat menyangkut perihal dari pemahaman dan perasaan kita. Untuk lebih jelasnya,marilah kita menyimak contoh dibawah ini:
-        Contoh pertama, Disaat orang sedang memarahi kita akibat perbuatan kita yang keliru atau fatal, kita sering membuat suatu keputusan yang salah dengan begitu cepatnya, tanpa pikir panjang kita pun mendampratnya seketika hanya gara-gara kita tidak bisa menerima teguran yang keras seperti itu? Apa yang menyebabkan kita mengambil keputusan seperti itu? Tidak lain adalah karena faktor perasaan yang tidak di sertai dengan pemahaman kita pada masalah yang sesungguhnya. Kita tidak melakukan introspeksi yang tepat pada diri kita, pola pikir yang terlalu sempit dan hanya menggunakan perasaan sakit hati dan yang lainnya adalah harga diri kita sendiri yang terlalu mendominasi tubuh kita sehingga berujung pada kesalahan tindakan dan perilaku yang tidak sepantasnya. Orang-orang yang seperti ini pun dapat kita golongkan kedalam type orang pemarah atau emosian. Kebanyakan dari type seperti ini lebih sering menggunakan perasaan dari pada pemahamannya yaitu setelah melakukan baru kemudian di sadari.
-       Contoh kedua, Dua sejoli pria dan wanita yang belum menikah sedang memadu cinta di sebuah gubuk kecil tak berpenghuni berada jauh dari keramaian, sang pria meminta kepada pasangannya untuk mengambil kesempatan berhubungan layaknya seperti pasangan suami istri, kebetulan tempat dan kondisinya sangat memungkinkan untuk terhindar dari segala gangguan yang ada, si wanita sempat menolak karena alasan mereka belum di restui untuk melakukan hal ini, namun si pria tidak putus asa, dia mencoba berbagai cara merayu pasangannya agar harapannya yang menggebu-gebu sejak tadi dapat segera di wujudkan oleh pasangannya, segala wejangan pamungkas si pria dikeluarkannya semua, si wanita mulai berpikir kalau apa yang menjadi alasan pasangan tercintanya itu masuk akal juga dan akhirnya si wanita pun pasrah setelah sekian lama memperjuangkan benteng pertahanannya agar jangan sampai jebol. Namun di saat mereka sedang asyik-asyiknya bertempur saling bertanding hasrat tiba-tiba pintu di dobrak oleh sekelompok orang-orang yang memakai topi dengan berhiaskan pangkat pada bajunya dan sebuah senjata api di pinggang mereka tergantung bersama borgol dan berakhirlah sudah perjalanan hasrat mereka yang tidak kesampaian itu, kemudian ke dua pasangan itupun di bawa kedalam mobil tahanan guna menjalani pemeriksaan. Untuk contoh yang satu ini lebih mendominasi pola pikir kita dari pada menggunakan perasaan, bila alasan-alasan itu tepat dan bisa kita terima maka semuanya bisa kita setujui yang berarti dapat di laksanakan! Maka sebaiknya bila menilai seseorang jangan hanya menggunakan otak saja tetapi gunakanlah juga perasaan anda untuk melihat dan merasakan apakah orang ini bertujuan baik ataukah salah? Dan lebih baik lagi bila perasaan kita itu lebih bisa di “TAHAN!!” walaupun otak kita sudah bisa menerima alasan-alasan itu.

Pemikiran atau pola pikir manusia bisa menjurus kepada hal-hal yang salah dan bisa juga menjurus ke hal-hal yang baik, kalau otak kita pintar dalam segala hal maka janganlah segala hal itu ada melibatkan sesuatu yang salah, karena orang pintar bukan hanya pintar dalam hal baik namun dapat juga pintar dalam hal kejahatan. Kalau anda pintar dalam hal berpidato maka janganlah mengeluarkan pidato yang menyesatkan tetapi berpidatolah menurut kenyataan yang sebenarnya. Begitu pula dengan perasaan kita, perasaan dapat berupa kasihan, cinta atau nafsu (dlm hal ini nafsu badanih), maka ada baiknya bila perasaan dalam diri kita lebih terfokus pada kasih dan cinta daripada nafsu badanih. Kembali lagi kepada kata “TAHAN”, baik pikiran maupun perasaan ada beberapa yang mesti kita lakukan untuk hal ini, Untuk Pikiran atau Pola Pikir  bila sedapat mungkin kita tidak memikirkan hal-hal yang jelek atau yang buruk, berpikir untuk memfitnah seseorang, berpikir untuk menjatuhkan lawan kita dan berpikir bagaimana mengambil hak-hak orang lain. Sedangkan Perasaan agar tidak terhanyut kedalam emosi jiwa, nafsu bejat, menghina lawan kita, meyakinkan yang salah kepada orang lain dan harga diri yang terlalu tinggi.

Anda pernah terlibat dengan “Puasa”?? Didalam berpuasa pun manusia dituntut untuk menahan emosi dan nafsu kita. Mengapa demikian? Karena semua itu bisa sewaktu-waktu membuat kesalahan dalam berpuasa kita, missal kita tidak dapat menahan rasa rindu pada seseorang (kekasih kita) yang mengakibatkan kita akhirnya gagal dalam menjalani berpuasa, kemudian kita berpikir yang tidak-tidak yaitu sesuatu yang membuat kita menggagalkan puasa kita seperti berpikir jorok, berpikir kearah maksiat-maksiat, membanyangi wanita telajang, membayangi kejantanan si pria,dll.

            Manusia juga termasuk makhluk yang lemah, makhluk yang mudah terombang ambing tergantung dimana posisi dia berada, apakah di ujung kapal, pinggir kapal ataukah di tengah-tengah kapal laut itu? Maka oleh sebab ini manusia sudah sepantasnya harus selalu bisa menekan dirinya dari hal-hal yang tidak pantas untuk masa hidupnya. Mempelajari tatanan kehidupan yang lebih baik, sifat dan moralitas kita harus bisa lebih di latih agar lebih kuat menahan dan tidak mudah tergoyahkan dari pengaruh-pengaruh apapun juga. Banyak cara untuk bisa mempelajari semuanya ini, salah satu contoh adalah menyadari terlebih dahulu siapakah dirimu dan siapakah diriku?

Kesimpulannya, Allah telah memberikan kepada kita semua tentang hal ini dan Allah juga tahu sampai sebatas mana kemampuan kita dalam menghadapi segala tantangan yang ada di depan kita, kita telah di beri kemampuan untuk itu namun sering kita tidak menyadarinya, batas kemampuan yang berarti maksimun dari ketabahan kita, jadi apabila kita tidak menggunakan kemampuan kita sampai batas maximum yang telah di berikan oleh Allah kepada kita berarti itu sama saja dengan tindakan kita yang tidak mau pernah bersabar dan bahkan lebih mendekati pada hal egoisme kita. Kemampuan kita sudah ada jadi tinggal bagaimana kita menggunakan kemampuan kita itu untuk lebih mencapai maksimumnya, semakin tabah maka semakin kuatlah mentalmu dan engkau akan bisa menghadapi keadaan yang sulit bagaimanapun besarnya. Selalu lah bersyukur atas segala apa yang  telah engkau terima atau dapatkan di dunia ini, maka cintamu atas segala kerjamu dan milikmu akan berbuah manis.

Salam damai
Penerbit & Penulis
C.K.H   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar