Kehidupan seseorang diliputi oleh berbagai macam tekanan baik didalam pekerjaannya, keluarganya, asmaranya maupun tekanan akibat kebebasannya yang di batasi, maka selanjutnya kita akan menjumpai seseorang dengan sifat atau karakter yang penyabar, pemarah, pelawak, pemikir, pendendam dan sebagainya . Dengan kesimpulan bahwa dimanapun manusia berada tidak akan pernah luput dari tekanan. Begitu pula dengan pola pembentukan kepribadian seseorang yang pada umumnya dapat ditimbulkan melalui adat istiadat, lingkungkan disekitarnya maupun karena penyebab pengalaman yang pernah dialaminya. (By .C.K.H)
(Published by
Roger Keren) BANYAK
cara untuk menilai karakter asli seseorang. Tetapi ini adalah cara yang cukup sederhana
untuk mengenali 4 tipe seseorang dalam menghadapi berbagai macam tekanan.Sebab
tekananlah yang sesungguhnya sangat membentuk watak dan karakter, sekaligus menentukan
bagaimana orang bereaksi dengan kondisi ini dikemudian hari.
Secara sederhana ada 4 tipe orang
dalam menghadapi berbagai macam tekanan tersebut:
1. Tipe lempeng logam,
tipe
orang ini, pada awalnya seperti kuat menerima tekanan,seperti lempeng logam
ini, tapi kalau tekanan itu diterimanya terus menerus makalempeng logam ini
akhirnya akan bengkok juga, artinya tipe orang ini awalnya dia bisa mengatasi
tekanan yang datang, tapi bila tekanan itu terus menderunya lama lama ketahanan
mentalnya berkurang, lama-lama dia menyerah, hingga akhirnya ada yang masuk
kedalam keputusasaan, tapi tipe ini ada kelebihannya setidaknya dia bisa
bertahan di fase awal sebelum dia menyerah, sebenarnya tipe orang ini bisa
dibantu untuk meningkatkan ketahanan mentalnya, dengan sedikit bimbingan
dan dorongan untuk terus maju dan pantang menyerah dalam menghadapi tekanan
dengan membangkitkan jiwa menantang, bila kita dampingi terus tipe orang ini
bisa berkembang menjadi lebih baik dan terus menjadi lebih baik, bila
kesadaran dalam dirinya merasa tertantang untuk menghadapi semua kesulitan
dan tekanan itu.
2. Tipe busa/gabus ( sponge),
tipe
orang ini cukup baik dalam menerima tekanan, seperti halnya busa/gabus yang
lentur, bisa menyesuaikan dirinya terhadap tekanan dan cepatkembali ke bentuk
semula, tipe orang ini sangat fleksibel dalam menghadapi tekanan, dan umumnya
tipe ini bisa bertahan dan lebih baik dalam mengatasi semua tekanan
dankesulitan.
3.
Tipe
cangkang telur,
orang
dengan tipe ini sangat rapuh, sedikit mengalami tekanan saja sudah patah arang,
sering kali tipe ini mengalami stres dan bisa masuk ke dalam depresi hingga
mendatangkan rasa putus asa, sebenarnya orang tipe ini bisa diperbaikiwatak dan
karakternya selama dia memiliki orang-orang terdekatnya yang selalu mendukung
dan membantu semua kesulitannya, tidak seterusnya dia harus bergantung dengan
orang lain, tapi kita bantu agar orang ini bisa menumbuhkan ketahanan mentalnya
dengan menumbuhkan kepercayaan dirinya dari dalam, artinya dari kesadarannya
sendiri, bila tipe orang ini mau berusaha dengan keras pasti dia bisa
merubah watak dankarakternya ke arah menjadi lebih baik.
4.
Tipe
bola bekel atau bola pingpong,
tipe
orang ini sangat ideal dari pada semua tipe diatas, tipe ini sangat ekspresif
terhadap tekanan, seperti bola bekel/pingpong ini, biladibanting/ditekan makin
terpantul ke sana kemari, artinya tipe orang ini tidak gampang menyerah, dia
selalu mencari jalan keluar dalam setiap tekanan, bahkan tekanan yang didapatinya
membuat dia lebih kreatif dan ekpresif untuk menghadapi semua tekanan
dankesulitan, biasanya orang dengan tipe ini bisa meraih kesuksesan di bidang
yangdigelutinya.
“lebih
mudah mencari 1000 musuh daripada mendapatkan seorang teman”
Itu bukan hanya pepatah semata.
Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kitadiperhadapkan dalam suatu lingkungan
pergaulan kehidupan sosial dimana kita berharap dapat membaca pikiran orang
yang dihadapi.Hal itu bisa saja jadi kenyataan. Mungkin bukan membaca pikiran,
tapi berkat Hipocrates (460-370 SM)
~ dikenal juga sebagai Bapak ilmu pengobatan~ yang meneliti temperamen manusia,
kita setidaknya dapat mempelajari kepribadian lawan bicara.
Hipocrates menggolongkan manusia dalam empat jenis karakter, yaitu :
1. Sanguin : Pembicara
Orang sanguin sangat gampang dikenali. Dia adalah pusat
perhatian. Dia selalu riang,ramah, bersemangat, suka bergaul/ luwes dan suka
berbicara. Segala sesuatu yangdihadapi dianggap sangat penting hingga
dilebih-lebihkan tapi selalu pula dapatdilupakan begitu saja. Inilah salah satu
kejelekan mereka disamping tidak disiplin, tidak bisa
tenang/gelisah, tidak dapat diandalkan dan cenderung egois.
2. Kolerik : Pemimpin
Seorang kolerik amat suka memerintah. Dia penuh dengan
ide-ide, tapi tidak maudiganggu dengan pelaksanaannya sehingga lebih suka
menyuruh orang lain untuk menjalankannya. Kemauannya yang keras,
optimistik, tegas, produktif dipadu dengan kegemaran untuk berpenampilan megah,
suka formalitas dan kebanggan diri menjadikannya seseorang yang berbakat
pemimpin. Tapi karena dia juga senang menguasai seseorang, tidak acuh, licik,
bisa sangat tidak berperasaan ( sarkastis) terhadap orang dekatnya sekalipun,
akan menjadikan dia sangat dibenci.
3. Melankolik : Pelaksana
Segala sesuatu amat penting bagi dia. Perasaannya adalah
hal yang paling utama. Justru karena itu dia melihat sisi seni sesuatu,
idealis, cermat, dan amat perfeksionis.Kelemahannya ialah ia selalu berpikir
negatif, berprasangka buruk, yang membuatnya khawatir, dan sibuk
berpikir.
4. Flegmatik : Penonton
Orangnya tenang, lembut, efisien, kurang bergairah, tapi
juga tidak gampang kena pengaruh. Orang-orang akan menyangka dia tidak
berminat atau tidak tertarik disebabkan oleh lamanya dia mengambil tindakan
atas sesuatu. Dia bertindak atas dasar keyakinannya bukan atas dorongan
naluri. Suka melindungi diri, tidak tegas, penakut,kikir adalah kelemahannya.
Dari keempat temperamen diatas,
seseorang mungkin memiliki suatu jenis kepribadian utama yang dipengaruhi oleh
kepribadian lain. So, yang manakah kamu? Yang mana pula kepribadian temanmu?
Cocokkan saja ciri-cirinya dan kamu akan siap menyesuaikan diridengan orang
lain.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
pembentukan kepribadian
(By.Jejak sedulur)
Aneka warna
materi yang menjadi isi dan sasaran dari pengetahuan, perasaan, kehendak, serta
keinginan kepribadian serta perbedaan kualitas hubungan antara berbagai unsur
kepribadian dalam kesadaran individu, menyebabkan adanya beraneka macam struktur
kepribadian pada setiap manusia yang hidup di muka bumi, unik dan berbeda
dengan kepribadian individu yang lain.
Diantara
aneka warna materi tersebut ada yang menyebabkan terjadinya satu tingkah laku
berpola disebut dengan kebiasaan (habit), menyebabkan timbulnya adat-istiadat
(customs) yang dalam hal ini bermakna sebagai suatu pengetahuan, gagasan, dan
konsep yang dianut oleh sebagian besar warga suatu masyarakat, materi yang
menyebabkan timbulnya kepribadian (personality), serta segala macam tingkah-laku
yang menjadi pola umum bagi sebagian besar masyarakat yang diatur dalam
adat-istiadat (kepribadian umum), biasanya berwujud pola-pola tindakan yang
saling berkaitan satu dengan lain itu, biasanya disebut dengan sistem sosial
(social system).
Kepribadian umum (modal personality)
adalah kepribadian yang ada pada sebagian besar warga suatu masyarakat, yang
disebut juga dengan istilah watak umum.Pembentukan kepribadian seseorang
berlangsung dalam suatu proses yang disebut dengan sosialisasi, yaitu suatu proses
dengan mana seseorang menghayati (mendarah-dagingkan-internalize) norma-norma
kelompok dimana ia hidup sehingga muncullah dirinya yang “unik”.
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam
pembentukan kepribadian sebagai proses sosialisasi mencakup:
1.
Warisan biologis.
2. Lingkungan fisik.
3. Kebudayaan.
4. Pengalaman kelompok.
5. pengalaman unik.
2. Lingkungan fisik.
3. Kebudayaan.
4. Pengalaman kelompok.
5. pengalaman unik.
A. Warisan Biologis
Semua
manusia yang normal dan sehat mempunyai persamaan biologis tertentu, seperti
mempunyai dua tangan, panca indera, kelenjar seks, dan otak yang rumit.
Persamaan biologis ini membantu menjelaskan beberapa persamaan dalam
kepribadian dan perilaku semua orang,Setiap warisan biologis seserang juga
bersifat unik, yang berarti, bahwa tidak seorang pun (kecuali anak kembar) yang
mempunyai karakteristik fisik yang hampir sama, Beberapa orang percaya bahwa
kepribadian seseorang tidak lebih dari sekedar penampilan warisan biologisnya.
Karakteristik kepribadian seperti ketekunan, ambisi, kejujuran, kriminalitas,
kelainan seksual, dan ciri yang lain dianggap timbul dari
kecenderungan-kecenderungan turunan.
Bahkan ada
yang beranggapan, melalui tampilan fisik dapat diketahui bagaimana kepribadian
orang tersebut. Contoh dalam hal ini dapat dilihat dalam buku-buku primbon
Jawa, mulai dari fisik, rambut, kulit, bentuk muka, hingga tahi lalat.
Dewasa ini tidak banyak lagi yang
masih mempercayai anggapan ini. Pandangan sekarang ini menyatakan bahwa
kepribadian seseorang dibentuk oleh pengalaman. Sebenarnya perbedaan individual
dalam kemampuan, prestasi, dan perilaku hampir semuanya berhubungan dengan
lingkungan, dan bahwa perbedaan individu dalam warisan biologis tidak begitu
penting, Fenomena kontradiktif ini, antara “bawaan dan asuhan”, berlangsung
cukup lama, dan masing-masing memiliki penganut yang cukup besar. Suatu
penelitian terhadap 2.500 anak kembar siswa SLTA merupakan salah satu langkah
untuk mencari derajat kebenaran dari masing-masing anggapan dikemukakan oleh
Nichols (1977), hasilnya menyimpulkan bahwa hampir setengah variasi di antara
orang-orang dalam spektrum ciri-ciri psikologis yang luas adalah akibat dari
perbedaan karakteristik genetis, sedangkan setengahnya lagi adalah akibat
lingkungan.
Penelitian
lain dilaksanakan Medico-genetical Institute di Moskow, yang memisahkan seribu
pasangan anak kembar ketika masih bayi dan menempatkan mereka dalam lingkungan
yang terkendali untuk diamati selama 2 tahun. Hasilnya mendukung dengan jelas
suatu dasar keturunan dalam beberapa ciri, termasuk perbedaan kecerdasan,
Masalah warisan biologis/keturunan versus lingkungan pada dasarnya bukan hanya
masalah ilmiah, tetapi juga politis. Seperti gusarnya golongan Marxis (penganut
ajaran Marx) melihat bukti bahwa ada perbedaan dalam kecakapan bawaan, kalangan
konservatif (kolot, konvensional, tradisional) yang dengan senang hati
menggunakan bukti kecakapan warisan yang berbeda untuk memperoleh hak yang
berbeda, Perbedaan individual dalam warisan biologis adalah nyata, terlepas
dari apakah kenyataannya demikian menyebabkan seseorang bahagia atau tidak.
Untuk beberapa ciri, warisan biologis lebih penting daripada yang lain.
Misalnya, beberapa penelitian menunjukkan bahwa IQ anak angkat lebih mirip
dengan IQ orang tua kandungnya daripada dengan orang tua angkatnya (Horton,
1993). Namun, meskipun perbedaan individual dalam IQ tampaknya lebih banyak
ditentukan oleh keturunan daripada oleh lingkungan, banyak perbedaan yang
lainnya ditentukan oleh lingkungan. Suatu studi baru-baru ini menemukan bukti
bahwa faktor keturunan berpengaruh kuat terhadap keramah-tamahan, perilaku
kompulsif (memaksa) dan kemudahan dalam pergaulan sosial, tetapi faktor
keturunan tidak begitu penting dalam kepemimpinan, pengendalian dorongan
impulsif (cepat bertindak), sikap, dan minat.
Kesimpulannya, bahwa warisan
biologis penting dalam beberapa ciri kepribadian dan kurang penting dalam
hal-hal lain. Tidak ada kasus yang dapat mengukur pengaruh keturunan dan
lingkungan dengan tepat, tetapi banyak ilmuwan sependapat bahwa apakah potensi
warisan seseorang berkembang sepenuhnya, sangat dipengaruhl oleh pengalaman
sosial orang yang bersangkutan, Beberapa orang berpandangan bahwa orang gemuk
adalah periang, bahwa orang dengan kening yang lebar cerdas, bahwa orang
berambut merah berwatak mudah meledak/marah, bahwa orang dengan rahang lebar
mempunyai kepribadian yang kuat. Banyak keyakinan umum seperti itu telah
terbukti tidak benar ketika diuji secara empiris, meskipun kadang-kadang
ditemukan beberapa hubungan yang absah, Sebagaimana penelitian yang dilakukan
oleh Bar (1977) dengan membandingkan kelompok sampel berambut merah dengan
suatu kelompok kendali yang terdiri dari orang-orang dengan berbagai warna
rambut dan melaporkan bahwa watak si rambut merah umumnya memang lebih sering
meledak-ledak dan agresif. la mengemukakan adanya hubungan genetis antara karakteristik
fisik (rambut merah) dengan karakteristik kepribadian (mudah meledak, agresif).
Penjelasan lain menyatakan bahwa
setiap karakteristik fisik didefinisikan secara sosial dan kultural dalam
setiap masyarakat (Horton, 1993). Misalkan, gadis gemuk dikagumi di Dahomey.
Suatu karakteristik fisik dapat menjadikan seseorang cantik dalam suatu
masyarakat dan menjadi “anak bebek buruk rupa” dalam masyarakat lain. Oleh
karena itu, karakteristik fisik tertentu menjadi suatu faktor dalam
perkembangan kepribadian sesuai dengan bagaimana ia didefinisikan dan
diperlakukan dalam masyarakat dan oleh kelompok acuan seseorang. Kalau orang
berambut merah diharapkan mudah meledak dan dibenarkan kalau marah, tidak
mengherankan bila mereka menjadi pemarah. Sebagaimana dinyatakan diatas, orang
menanggapi harapan perilaku dari orang lain dan cenderung menjadi berperilaku
seperti yang diharapkan oleh orang lain tersebut, Sebagai kesimpulan,
karakteristik fisik jarang menghasilkan sifat-sifat perilaku tertentu, harapan
sosial dan kulturallah yang menyebabkannya
demikian.
demikian.
B. Lingkungan Fisik
Sorokin
(1928) menyimpulkan teori beratus-ratus penulis dari Conficius, Aristoteles,
dan Hipocrates sampai kepada ahli geografi Ellsworth Huntington, yang
menekankan bahwa perbedaan perilaku kelompok terutama disebabkan oleh perbedaan
iklim, topografi, dan sumber alam. Teori tersebut sesuai benar dengan kerangka
etnosentris (pandangan yang menyatakan anggota badan kita lebih baik
dibandingkan dengan lainnya, karena geografi memberikan keterangan yang cukup
baik dan jelas objektif terhadap kebajikan nasional dan sifat-sifat buruk orang
lain, Pada umumnya diakui bahwa lingkungan fisik mempengaruhi kepribadian.
Bangsa Athabascans memiliki kepribadian yang dominan yang menyebabkan mereka
dapat bertahan hidup dalam iklim yang lebih dingin daripada daerah Arctic.
Orang
pedalaman Australia harus berjuang dengan gigih untuk tetap hidup, padahal
bangsa Samoa hanya memerlukan sedikit waktu setiap harinya untuk mendapatkan
lebih banyak makanan daripada yang bisa mereka makan. Malah sekarang beberapa
daerah hanya dapat menolong sebagian kecil penduduk yang tersebar sangat
jarang, dan kepadatan penduduk mempengaruhi kepribadian. Suku Ik dari Uganda
sedang mengalami kelaparan secara perlahan, karena hilangnya tanah tempat
perburuan tradisional, dan menurut Turnbull (1973) mereka menjadi sekelompok
orang yang paling tamak, paling rakus di dunia; sama sekali tidak memiliki
keramahan, tidak suka menolong atau tidak mempunyai rasa kasihan, malah merebut
makanan dari mulut anak mereka dalam perjuangan mempertahankan hidup. Suku
Quolla dari Peru digambarkan oleh Trotter (1973) sebagai sekelompok orang yang
paling keras di dunia, dan ia menghubungkan hal ini dengan hipoglikemia
(menurunnya kandungan glukosa darah) yang timbul karena kekurangan makanan,
Jelaslah bahwa lingkungan fisik mempengaruhi kepribadian dan perilaku. Namun,
dari lima faktor tersebut di atas, lingkungan fisik merupakan faktor yang
paling tidak penting, jauh kurang pentingnya dari faktor kebudayaan, pengalaman
kelompok, atau pengalaman unik.
C. Kebudayaan
Beberapa
pengalaman umum bagi seluruh kebudayaan, dimana bayi dipelihara atau diberi
makan oleh orang yang lebih tua, hidup dalam kelompok, belajar berkomunikasi
melalui bahasa, mengalami hukuman dan menerima imbalan/pujian dan semacamnya,
serta mengalami pengalaman lain yang umum dialami oleh jenis manusia, Setiap
masyarakat sebenarnya memberikan pengalaman tertentu yang tidak diberikan oleh
masyarakat lain kepada anggotanya. Dari pengalaman sosial yang sebenarnya yang
umum bagi seluruh anggota masyarakat tertentu, timbullah konfigurasi
kepribadian yang khas dari anggota masyarakat tersebut. DuBois menyebutnya
sebagai “modal personality” (diambil dari istilah statistis “mode” yang mengacu
pada suatu nilai yang paling sering timbul dalam berbagai seri).
Beberapa
contoh dari pengaruh unsur kebudayaan terhadap kepribadian, sebagaimana kasus
suku Dobu di Melanisia (Horton, 1993). Anak suku Dobu yang lahir ke dunia hanya
pamannya yang mungkin menyayanginya, terhadap siapa ia akan menjadi ahli
warisnya, Ayahnya yang lebih tertarik kepada anak-anak saudara perempuannya
biasanya membencinya, karena si ayah harus menunggu sampai anak tersebut
disapih untuk dapat melakukan hubungan seksual dengan ibunya. Sering juga ia
tidak diharapkan oleh ibunya dan tidak jarang terjadi pengguguran, Hidup suku
Dobu diatur oleh ilmu sihir, penyebab kejadian bukan berasal dari alam; semua
gejala dikendalikan oleh ilmu sihir yang telah dikenakan terhadap seseorang dan
menyebabkan balas dendam dari keluarganya. Bahkan mimpipun diinterpretasikan
sebagai sihir. Malah nafsu seksual tidak akan muncul apabila tidak menanggapi
penyihiran cinta orang lain, yang membimbingnya menuju kepadanya, sementara
daya sihir cinta seseorang menunjukkan keberhasilannya. Setiap orang Dobu
selalu merasa takut akan diracun. Makanan dijaga dengan waspada pada waktu
dimasak dan hanya dengan beberapa orang tertentulah orang Dobu bersedia makan
bersama. Setiap saat setiap desa melindungi diri dari semua pasangan yang
berkunjung dari desa lain, dan semua tamu ini tidak dapat dipercayai oleh yang
punya rumah dan para tamu sendiri tidak saling percaya. Sungguh tidak seorang
pun dapat dipercaya penuh; para suami cemas terhadap sihir isterinya dan takut
terhadap mertua. Sepintas lalu, hubungan sosial di Dobu adalah cerah dan sopan
meskipun keras dan tanpa humor. Pertentangan hanyalah sedikit, karena menghina
atau bermusuhan berbahaya. Namun, teman-teman juga berbahaya. Persahabatan
mungkin merupakan awal pengracunan atau pengumpulan bahan (rambut, kuku tangan)
yang berguna untuk menyihir.
Kepribadian
yang berkembang dalam kebudayaan semacam itu? setiap orang Dobu bersifat
bermusuhan, curiga, tidak dapat dipercaya, cemburu, penuh rahasia, dan tidak
jujur. Sifat-sifat ini merupakan tanggapan yang rasional, karena orang Dobu
hidup dalam dunia yang penuh kejahatan, dikelilingi musuh dan tukang sihir,
Pada akhirnya mereka yakin akan dihancurkan. Walaupun mereka melindungi diri
dengan sihir mereka, tetapi mereka tidak pemah merasakan perlindungan yang
nyaman. Mimpi buruk mungkin menyebabkan mereka terkapar di tempat tidur
berhari-hari. dan ini adalah suatu hal yang nyata, benar bukan
hayalan/irasional, Contoh kasus lain adalah yang terjadi pada suku Zuni di
Meksiko, yang diidentifikasikan sebagai bangsa yang tenang dalam lingkungan
yang sehat secara emosional. Kelahiran anak disambut dengan hangat, diperlakukan
dengan kemesraan yang lembut dan banyak mendapat kasih sayang. Tanggung jawab
dalam mendidik anak sungguh besar dan menyebar; seorang anak akan ditolong atau
diperhatikan oleh setiap orang dewasa yang ada. Menghadapi benteng orang dewasa
yang terpadu, anak-anak jarang berperilaku salah; dan sekalipun mungkin
dikata-katai, tetapi jarang dihukum. Rasa malu adalah alat kendali yang paling
utama yang sangat sering ditimbulkan di depan orang lain, Berkelahi dan
perilaku agresif sangat tidak disetujui dan orang Zuni dididik untuk
mengendalikan nafsu mereka pada usia muda. Pertengkaran terbuka hampir tidak
tampak. Nilai-nilai orang Zuni menekankan hormat, kerja sama dan ketiadaan
persaingan, agresivitas atau keserakahan. Ketidakwajaran dalam segala bentuk
ditolak, dan alkohol umumnya ditolak karena mendorong perilaku yang tidak
wajar. Harta dinilai untuk penggunaan langsung, bukan untuk prestise atau
simbol kekuasaan.
Walaupun orang Zuni tidak ambisius,
mereka memperoleh kekuasaan melalui pengalaman dalam upacara, nyanyian, dan
fetis agama. Seorang yang “miskin” bukanlah orang yang tidak memiliki harta,
tetapi orang yang tidak memiliki sumber dan hubungan yang bersifat upacara
(seremonial). Kehidupan upacara memenuhi setiap segi kehidupan orang Zuni.
Kerja sama,
perilaku yang wajar dan minimnya individualisme meresap dalam perilaku orang
Zuni. Milik pribadi tidaklah penting dan siap untuk dipinjamkan pada orang
lain. Anggota rumah tangga yang bersifat matrilineal bekerja bersama sebagai
suatu kelompok dan hasil tanaman disimpan dalam gudang umum. Setiap orang
bekerja untuk kepentingan
kelompok, bukan untuk kepentingan pribadi. Peran pemimpin jarang dicari tetapi harus dipaksakan pada seseorang. Isyu dan perselisihan diselesaikan secara wajar bukan dengan permohonan pada penguasa atau dengan mempertunjukkan kekuasaan atau dengan perdebatan yang berkepanjangan, tetapi dengan diskusi yang lama dan sabar. Keputusan mayoritas sederhana tidak menyelesaikan persoalan secara menyenangkan, kesepakatan (konsensus) perlu dan kesepakatan bulat diharapkan.
kelompok, bukan untuk kepentingan pribadi. Peran pemimpin jarang dicari tetapi harus dipaksakan pada seseorang. Isyu dan perselisihan diselesaikan secara wajar bukan dengan permohonan pada penguasa atau dengan mempertunjukkan kekuasaan atau dengan perdebatan yang berkepanjangan, tetapi dengan diskusi yang lama dan sabar. Keputusan mayoritas sederhana tidak menyelesaikan persoalan secara menyenangkan, kesepakatan (konsensus) perlu dan kesepakatan bulat diharapkan.
Bagaimana
perkembangan kepribadian orang Zuni? sangat bertentangan dengan kepribadian
normal di antara orang Dobu. Bila bangsa Dobu bersifat curiga dan tidak dapat
dipercaya, bangsa Zuni mempunyai kepercayaan diri dan dapat dipercaya; bila
bangsa Dobu cemas dan merasa tidak aman, bangsa Zuni merasa aman dan tentram.
Bangsa Zuni umumnya memiliki watak yang suka mengalah dan pemurah, sopan dan
suka bekerja sama. Bangsa Zuni adalah orang-orang konformis yang tanpa pikir,
karena menjadi seseorang yang nyata-nyata berbeda dari orang lain dapat
menyebabkan seseorang atau kelompok itu sangat cemas. Hal ini membantu
mengendalikan perilaku tanpa perasaan berdosa dan bersalah yang banyak
ditemukan dalam banyak masyarakat, Bertolak dari contoh di atas, dapat
diketahui ada beberapa segi dari kebudayaan yang mempengaruhi proses
perkembangan kepribadian, yaitu norma-norma kebudayaan masyarakat dan proses
sosialisasi diri, Norma-norma kebudayaan yang ada dalam lingkungan masyarakat
mengikat manusia sejak saat kelahirannya. Seorang anak diperlakukan dalam
cara-cara yang membentuk kepribadian. Setiap kebudayaan menyediakan seperangkat
pengaruh umum, yang sangat berbeda dari masyarakat ke masyarakat. Linton
mengatakan bahwa setiap kebudayaan menekankan serangkaian pengaruh umum
terhadap individu yang tumbuh di bawah kebudayaan masyarakat, Pengaruh-pengaruh
ini berbeda dari satu kebudayaan ke kebudayaan lain, tetapi semuanya merupakan
denominator pengalaman bagi setiap orang yang termasuk ke dalam masyarakat
tersebut.
Penelitian
dalam soal perkembangan kepribadian dalam kebudayaan juga telah gagal dalam
membuktikan teori Freud tentang hasil cara mengasuh anak yang khusus. Dimana
hasilnya menunjukkan bahwa suasana lingkungan keseluruhan merupakan hal penting
dalam perkembangan kepribadian, bukan cara tertentu yang spesifik. Apakah
seorang anak diberi susu ASI atau susu botol, tidaklah penting; yang penting
adalah apakah cara pemberian susu itu dilakukan dalam kondisi yang merupakan
suasana mesra dan penuh kasih sayang dalarn dunia yang hangat dan aman; atau
kejadian biasa yang terburu-buru dalam situasi yang tanpa perasaan, kurang
tanggap dan tidak akrab, Seorang bayi lahir ke dunia ini sebagai suatu
organisme kecil yang egois yang penuh dengan segala macam kebutuhan fisik.
Kemudian ia menjadi seorang manusia dengan seperangkat sikap dan nilai,
kesukaan dan ketidaksukaan, tujuan serta maksud, pola reaksi, dan konsep yang
mendalam serta konsisten tentang dirinya. Setiap orang memperoleh semua itu
melalui suatu proses yang disebut sosialisasi.
Sosialisasi adalah suatu proses
dengan mana seseorang menghayati (mendarah dagingkan-internalize) norma-nonna
kelompok di mana ia hidup sehingga timbullah “diri” yang unik.
D. Pengalaman Kelompok
Pada awal
kehidupan manusia tidak ditemukan apa yang disebut diri. Terdapat organisme
fisik, tetapi tidak ada rasa pribadi. Kemudian bayi mencoba merasakan
batas-batas tubuhnya, mereka mulai mengenali orang. Kemudian beranjak dari nama
yang membedakan status menjadi nama yang mengidentifikasi individu, termasuk
dirinya. Kemudian mereka menggunakan kata “saya” yang merupakan suatu tanda
yang jelas atas kesadaran diri yang pasti. Suatu tanda bahwa anak tersebut
telah semakin sadar sebagai manusia yang berbeda dari yang lainnya, Dengan
kematangan fisik serta akumulasi pengalaman-pengalaman sosialnya anak itu
membentuk suatu gambaran tentang dirinya. Pembentukan gambaran diri seseorang
mungkin merupakan proses tunggal yang sangat penting dalam perkembangan
kepribadian, Pengalaman sosial merupakan suatu hal penting untuk pertumbuhan
manusia. Perkembangan kepribadian bukanlah hanya sekedar pembukaan otomatis
potensi bawaan. Tanpa pengalaman kelompok, kepribadian manusia tidak
berkembang. Bahkan dapat dikatakan bahwa manusia membutuhkan pengalaman
kelompok yang intim bila mereka ingin berkembang sebagai makluk dewasa yang
normal.
Keberadaan
kelompok dalam masyarakat merupakan suatu hal penting dalam perkembangan
kepribadian seseorang, karena kelompokkelompok ini merupakan model untuk gagasan
atau norma-norma perilaku seseorang. Kelompok semacam itu disebut kelompok
acuan (reference group). Mula-mula kelompok keluarga adalah kelompok yang
terpenting, karena kelompok ini merupakan kelompok satu-satunya yang dimiliki
bayi selama masa-masa yang paling peka. Semua yang berwenang setuju bahwa
ciri-ciri kepribadian dasar dari individu dibentuk pada tahun-tahun pertama ini
dalam lingkungan keluarga. Kemudian, kelompok sebaya (peer group), yakni
kelompok lain yang sama usia dan statusnya, menjadi penting sebagai suatu
kelompok referens. Kegagalan seorang anak untuk mendapatkan pengakuan sosial
dalam kelompok sebaya sering diikuti oleh pola penolakan sosial dan kegagalan
sosial seumur hidup. Apabila seorang belum memiliki ukuran yang wajar tentang
penerimaan kelompok sebaya adalah sulit, kalau tidak dapat dikatakan mustahil,
bagi seorang untuk mengembangkan gambaran diri yang dewasa sebagai seorang yang
berharga dan kompeten, Kelompok acuan ini dalam perkembangannya mengalami
pergantian seiring dengan usia dan aktifitas individu yang bersangkutan. Hanya
perlunya disadari bahwa dari ratusan kemungkinan kelompok referens yang menjadi
penting bagi setiap orang dan dari evaluasi kelompok ini gambaran diri
seseorang secara terus-menerus dibentuk dan diperbaharui, Oleh karena itu,
tidaklah salah kalau dikatakan bahwa setiap individu bisa menjadi acuan atau
referens bagi individu lainnya dalam pembentukan kepribadian yang bersangkutan,
demikian juga sebaliknya, Masyarakat yang kompleks/majemuk memiliki banyak
kelompok dan kebudayaan khusus dengan standar yang berbeda dan kadangkala
bertentangan. Seseorang dihadapkan pada model-model perilaku yang pada suatu
saat dipuji sedang pada saat lain dicela atau disetujui oleh beberapa kelompok
dan dikutuk oleh kelompok lainnya. Dengan demikian seorang anak akan belajar
bahwa ia harus “tangguh” dan mampu untuk “menegakkan haknya”, namun pada saat
yang sama ia pun harus dapat berlaku tertib, penuh pertimbangan dan rasa
hormat. Dalam suatu masyarakat di mana setiap orang bergerak dalam sejumlah
kelompok dengan standar dan nilai yang berbeda, setiap orang harus mampu
menentukan cara untuk mengatasi tantangan-tantangan yang serba bertentangan.
E. Pengalaman yang Unik
Mengapa anak-anak yang dibesarkan
dalam lingkungan keluarga yang sama sedemikian berbeda satu dengan yang
lainnya, sekalipun mereka pernah mendapatkan pengalaman yang sama? Masalahnya
adalah karena mereka tidak mendapatkan pengalaman yang sama; mereka pernah
mendapatkan pengalaman yang serupa dalam beberapa hal dan berbeda dalam
beberapa hal lainnya, Setiap anak memasuki suatu unit/kesatuan keluarga yang
berbeda. Anak yang dilahirkan pertama, yang merupakan anak satu-satunya sampai
kelahiran anak yang kedua, kemudian akan mempunyai adik laki-laki atau perempuan
dengan siapa ia dapat bertengkar. Orang tua berubah dan tidak memperlakukan
sama semua anak-nya. Anak-anak memasuki kelompok sebaya yang bebeda, mungkin
mempunyai guru yang berbeda dan berhasil melampaui peristiwa yang berbeda pula,
Sepasang anak kembar mempunyai warisan (heredity) yang identik dan (kecuali
bila dipisahkan) lebih cenderung memperoleh pengalaman yang sama. Mereka berada
dalam suatu keluarga bersama-sama, seringkali mempunyai kelompok sebaya yang
sama, dan diperlakukan kurang lebih sama oleh orang lain; akan tetapi bahkan
anak kembar pun tidakalami bersama seluruh peristiwa dan pengalaman. Karena
pengalaman setiap orang adalah unik dan tidak ada persamaannya. Pengalaman
sendiripun tidak ada yang secara sempurna dapat menyamainya.
Suatu inventarisasi dari pengalaman
sehari-hari berbagai anak-anak dalam suatu keluarga yang sama akan
mengungkapkan banyaknya perbedaan. Maka setiap anak (terkecuali anak kembar
yang identik) mempunyai warisan biologis yang unik, yang benar-benar tidak
seorangpun dapat mehyamainya, dan demikian pula halnya suatu rangkaian
pengalaman hidup yang unik tidak dapat benar-benar disamai oleh pengalaman
siapapun, Pengalaman tidaklah sekedar bertambah, akan tetapi menyatu.
Kepribadian tidaklah dibangun dengan menyusun suatu peristiwa di atas peristiwa
lainnya sebagaimana membangun tembok bata. meniru satu sama lainnya, akan
tetapi mereka juga berusaha untuk memiliki identitas sendiri. Anak-anak yang
lebih muda seringkali menolak kegiatan yang telah dikerjakan dengan baik oleh kakak-kakaknya,
dan mencari pengakuan melalui kegiatan-kegiatan lainnya. Tanpa disadari, orang
tua membantu proses seleksi ini. Seorang ibu dapat mengatakan, “Susi si kecil
adalah pembantu mama, tetapi aku pikir Anna akan menjadi anak perempuan yang
kelaki-lakian”, ketika Susi mulai merapikan meja, sedangkan Anna sedang
berjumpalitan di tangga, Jadi dalam hubungan ini dan dalam banyak hal lainnya
setiap pengalaman hidup seseorang adalah unik. Unik dalam pengertian tidak
seorangpun mengalami serangkaian pengalaman seperti ini dengan cara yang persis
sama dan unik dalam pengertian bahwa tidak seorangpun mempunyai latar belakang
pengalaman yang sama, setiap peristiwa baru akan menimbulkan pengaruh yang akan
dapat diperoleh suatu makna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar